Sejarah
Natal
Catatan:
Tulisan ini pernah dimuat di harian Sinar Indonesia Baru, 24 Desember
2005..
Setiap
memasuki Desember, suasana natal mulai
terasa di mana-mana. Gereja-gereja dihias, senandung natal terdengar, pohon
cemara dipajangkan, kartu ucapan natal
dijual. Tua muda bergegas menyiapkan pakaian baru. Ya, umat kristiani tampak
sibuk, senantiasa berjaga-jaga agar momen indah itu tak terlewatkan begitu
saja. Hari natal, terutama puncaknya kita rayakan setiap 25 Desember memang
selalu disambut meriah. Akan tetapi, tahukah kita, sejak kapan sebenarnya
tradisi natal dimulai?
Banyak
pendapat, natal diperingati untuk mengenang kelahiran Yesus Kristus.
Benarkah? Menurut www.holidays.net/christmast/story.htm,
sejarah natal (the history of christmast)
tercatat sejak lebih dari empat ribu tahun silam. Ini berarti, tradisi natal
sudah ada sejak lebih dua ribu tahun sebelum Yesus Kristus dilahirkan di
Betlehem Efrata.
Menurut
situ itu, sejarah natal bisa ditelusuri sejak masa kejayaan Mesopotamia
(sekarang Irak). Saat itu, orang-orang Mesopotamia memiliki tradisi untuk
merayakan Tahun Baru. Mereka percaya kepada banyak dewa, terutama pemimpinnya
Dewa Marduk. Setiap musim dingin tiba,
mereka percaya sang dewa akan bertempur melawan monster-monster yang suka
mengganggu. Agar Marduk memenangkan pertarungan, rakyat Mesopotamia membantunya
dengan cara menyelenggarakan sebuah festival Tahun Baru yang disebut Zagmuk
selama dua belas hari.